Kamis, 13 November 2014

PERAN SEKOLAH DALAM SOSIALISASI MASYARAKAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs. Ma’arif Jamuin, M.Sc






Oleh:
Erni Sari Dwi Devi Lubis (G000130067)


TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014



PERAN SEKOLAH DALAM SOSIALISASI MASYARAKAT


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs. Ma’arif Jamuin, M.Sc






Oleh:
Erni Sari Dwi Devi Lubis (G000130067)


TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014



A.     PENGANTAR
Sekolah sebagai salah satu lembaga social memiliki peran yang penting untuk menciptakan generasi mendatang yang berpendidikan di dalam masyarakat. Peran sekolah dalam masyarakat dapat diwujudkan jika ada interaksi antara sekolah dengan masyarakat. Sekolah mampu membangun sosialisasi masyarakat jika interaksi yang diselenggarakan berjalan sesuai dengan konsepnya. Sebaliknya masyarakat berperan dalam dunia pendidikan melalui penyampaian aspirasi, gagasan, ide, dan kritik social terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu dibutuhkan pola hubungan sinerkis yang dapat menimbulkan sikap kerja sama antara sekolah dan masyarakat. Pola hubungan yang sinerkis antara masyarakat dengan sekolah dapat direalisasikan melalui peran sekolah di dalam masyarakat.
Dalam merealisasikan peran sekolah terhadap masyarakat terdapat permasalahan yang pantas dijadikan bahan diskusi. Diantaranya yaitu:
1.          Bagaimana hubungan timbal balik antara sekolah dengan masyarakat?
2.          Apa pentingnya menjalin hubungan dengan masyarakat?
3.         Unsur-unsur apa saja yang mempengaruhi hubungan sekolah dengan masyarakat?
4.         Apa peran sekolah dalam sosialisasi masyarakat?
5.          Bagaimana pengaruh sekolah terhadap masyarakat?
6.         Apa pengaruh masyarakat terhadap sekolah?
7.          Pendekatan, tahap, dan metode-teknik  apa saja yang dapat digunakan untuk merealisasikan peran sekolah dengan masyarakat.
B.     PEMBAHASAN
1.      Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik antara sekolah dengan masyarakat guna membangun dan mengembangkan proses penyelenggaraan pendidikan. Hubungan timbal balik tersebut dapat terlaksana jika ada kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.
Masyarakat dan sekolah saling membutuhkan. Masyarakat membutuhkan agar para siswa dan para remaja dibina di sekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar di sekolah dengan memberikan berbagai macam fasilitas (Suardi, 2012:104).
Fasilitas yang diberikan masyarakat kepada sekolah untuk mengasah kreativitas, potensi dan bakat peserta didik dapat berupa tempat pendidikan informal seperti museum, perpustakaan umum, panggung kesenian, music, sanggar seni tari dan drama, kebun binatang sebagai tempat rekreasi, dan lain sebagainya.
Di dalam masyarakat banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat. Sekolah ikut berpartisipasi terhadap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan usaha untuk bekerja sama meningkatkan hubungan erat antara sekolah dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan masyarakat seperti kerja bakti, bakti social, karang taruna, dan sebagainya. Namun perlu diingat batas-batas kerjasama tersebut sehingga tidak mengganggu dan merusak tugas pokok peran pelaku kegiatan sebagai penanggung jawab misi sekolah.

2.      Pentingnya Menjalin Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat sangat penting dan dibutuhkan. Dengan adanya interaksi antara sekolah dengan masyarakat dapat menciptakan kerjasama yang erat, selaras,serasi, seimbang, dan menjunjung nilai sosial yang tinggi.
Sebagaimana pengertian masyarakat yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1 nomer 18 masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Sedangkan sekolah merupakan lembaga formal yang bertanggung jawab terhadap proses pendidikan untuk mendorong kemajuan peserta didik agar dapat membawa perubahan bagi masyarakatnya.
Hubungan sekolah dan masyarakat dapat menciptakan suatu perubahan, baik dari sekolah itu sendiri maupun masyarakatnya. Perubahan-perubahan yang ada salah satunya dipengaruhi oleh peserta didik. Peserta didik di dalam masyarakat sebagai pemuda generasi masa depan. Sedangkan di dalam sekolah peserta didik sebagai produk untuk mencetak generasi yang berkualitas.
Darmansyah dalam esainya “Pemuda dan Sosialisasi’” menulis “… masalah generasi muda sebenarnya tidak terpisah dari masalah masyarakat pada umumnya. Hal ini disebabkan karena generasi muda atau pemuda pada hakekatnya merupakan bagian yang berkesinambungan dengan masyarakat. Masyarakat Indonesia yang majemuk, membawa akibat bahwa generasi muda atau pemuda yang menjadi bagiannya memiliki pula sifat majemuk. Kemajemukan itu antara lain terdapat pada: perbedaan latar belakang agama dan kebudayaan, perbedaan masyarakat kota dan desa, perbedaan strata kehidupan sosial ekonomi, perbedaan tingkat pendidikan serta keterampilan dan sebagainya.” (Ahmadi, 1986: 100-101).
Begitu pentingnya peserta didik yang akan tumbuh menjadi pemuda generasi penerus bangsa untuk membentuk masyarakat yang berdaya saing tinggi, itulah sebabnya begitu eratnya hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
Ahmadi dan Uhbiyati dalam “Ilmu pendidikan” (2001:31) memberikan point-point penting untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, antara lain:
1.        Merupakan alat untuk mengubah citra masyarakat awam terhadap pengertian salah tentang kebijaksanaaan sekolah dan para petugas sekolah.
2.    Memberikan informasi tentang program dan kebijakan sekolah.
3.    Menghilangkan atau mengurangi kritik-kritik tajam terhadap sekolah.
Sekolah dapat mengubah pandangan masyarakat awam tentang pendidikan. Masyarakat yang memiliki latar belakang kelas menengah ke bawah atau miskin menganggap menyekolahkan anak bukan kebutuhan utama. Persepsi anggapan sekolah bukan merupakan kebutuhan utama disebabkan oleh pandangan mahalnya pendidikan sekarang ini belum lagi masalah fasilitas-fasilitas anak untuk sekolah seperti buku, tas, sepatu dan lain sebagainya, sehingga munculnya pendapat “tanpa sekolah pun anak dapat bekerja, jika sekolah malah membuang-buang uang saja”.
Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian, atau perumahan. Tetapi karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta; seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki radio, televisi, atau mobil. Sehingga lama-kelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial-ekonomi seseorang, yaitu apakah dia miskin atau kaya (Soekanto, 1994: 407).
Sekolah yang merupakan suatu kebutuhan primer anak untuk memperoleh ilmu dikhawatirkan dianggap sesuatu yang tidak penting bagi masyarakat. Terkhusus dari orang tua anak sendiri. Sehingga, mengakibatkan buruknya kualitas pemuda masa depan di Indonesia.
Tak cukup hanya itu, kritik-kritik tajam yang dilontarkan masyarakat terhadap sekolah juga wajib dihentikan. Tak lepas dari pandangan masyarakat pula yang memandang dari sebagian karakter negative anak didik. Secara riil hal ini jelas bertolak belakang dengan visi dan misi adanya lembaga sekolah itu sendiri.
Sebagaimana telah tercatat di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pandangan negative masyarakat terhadap sekolah harus dihentikan karena dapat mematikan potensi dan bakat anak yang secara nyata akan berdampak pada masa depannya. Jika anak tidak dibiasakan dengan dunia pendidikan maka akan mempengaruhi generasi masyarakat yang akan datang.
Di sinilah pentingnya tokoh-tokoh pendidikan sekolah formal terjun ke dalam masyarakat guna menyadarkan pentingnya pendidikan terlebih di zaman modernisasi sekarang ini.
Sekolah juga perlu ikut berpartisipasi memberikan informasi tentang program dan kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan. Informasi tersebut tak lepas dari dukungan masyarakat untuk kemajuan dunia pendidikan sekaligus memberikan nilai tersendiri dipandangan masyarakat bahwa masyarakat ikut berperan dalam proses kemajuan dunia pendidikan.
Zanti Arbi, 1998 dalam “Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi” (Suradi,2012:105) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah kunci bagi pemecahan masalah-masalah social, dengan cara melatih anak-anak secara tepat sehingga mereka tidak melakukan tindakan-tindakan criminal. Sekolah juga merupakan alat control social. Dalam masyarakat modern, keluarga dan lembaga keagamaan digantikan oleh sekolah sebagai lembaga yang paling penting untuk menanamkan nilai-nilai kemasyarakatan.
Penulis berpendapat bahwa manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan peran warga masyarakat, baik yang berkaitan dengan kewajiban maupun hak masyarakat. Misalnya, individu dalam masyarakat dapat mengembangkan bakat dan minatnya,  sehingga pemahaman, keterampilan, sikap, dan karakternya akan mengalami perubahan yang positif. Hal ini mengakibatkan perasaan mantap masyarakat sebagai warga Negara dengan adanya sekolah.
 Sebaliknya manfaat masyarakat terhadap pendidikan sekolah adalah membantu fasilitas-fasilitas untuk belajar dan berkreasi bagi anak didiknya. Misal, tersedianya tempat-tempat penelitian, pemenuhan sarana dan prasarana, pemenuhan sumber dana dan daya manusia yang terungkap dalam cipta, rasa, karsa, dan karyanya. Oleh sebab itu, dengan adanya hubungan sekolah dan masyarakat dapat menjamin terlaksananya proses penyelenggaraan pendidikan.

3.      Unsur-Unsur yang Membangun Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Untuk membangun hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat diperlukan unsur-unsur sebagai pelaku atau subjek. Diantaranya yaitu:
1.      Personil bidang edukatif (guru) yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UURI tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1).
2.      Personil bidang non-edukatif (tata usaha, laboran, pustakawan, dsb).
3.      Anggota masyarakat.

4.      Peran Sekolah dalam Sosialisasi dengan Masyarakat
Dalam sosialisasinya dengan masyarakat, sekolah dapat berperan aktif guna membangun hubungan yang positive. Begitu pula masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang  sistem pendidikan nasional tentang hak dan kewajiban masyarakat pasal 8 dan 9, bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sekolah merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi. Sebagaimana yang dituangkan Soekanto (1994:219):
1.    Memberikan pedoman para anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
2.    Menjaga keutuhan masyarakat.
3.    Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control).
Ikut berperannya sekolah dalam masyarakat dapat membangun hubungan sinerkis para anggota masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki sikap yang sesuai dengan lingkungannya, dapat menjaga keutuhan sesama anggota dan memiliki pegangan
 hidup untuk mengadakan sistem pengendalian sosial. Sistem pengendalian sosial tersebut digunakan untuk mengawasi masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.
Adapun bentuk partisipasi  atau peran sekolah terhadap masyarakat menurut Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001:31) antara lain:
1.    Mengadakan penyuluhan dan ceramah kepada masyarakat misal tentang agama, bahaya narkotika, pendidikan pemuda, dan pengenalan tentang pelaksanaan pendidikan di sekolah.
2.    Mengadakan bakti sosial misalnya kerja bakti, pengairan, kebersihan, pemberantasan tiga buta, dan lain-lain.
3.    Menjadi anggota pengurus organisasi lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, maupun organisasi sosial lainnya.
Selain bentuk partisipasi di atas sekolah memiliki tugas atau peran sebagai berikut:
1.      Memelihara kebudayaan masyarakat dan mewariskan kebudayaan tersebut kepada generasi penerusnya.
2.      Menumbuhkan kreativitas masyarakat agar dapat ikut memperkaya warisan budaya.
3.      Menggunakan media masa seperti surat kabar dan majalah, radio, buletin untuk menyampaikan berita, informasi, dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.
4.      Mengadakan pertemuan dan diskusi para pendidik dengan pemimpin-pemimpin masyarakat.
5.      Mengadakan seminar umum, pameran sekolah, bazar buku, pakaian, dan makanan untuk mengenalkan kegiatan-kegiatan di sekolah dan menunjukkan kreativitas peserta didik kepada masyarakat.
6.      Mengadakan kunjungan darmawisata ke tempat-tempat yang di fasilitasi masyarakat seperti museum, perpustakaan umum, panggung kesenian, sanggar seni tari dan drama, keraton, kebun binatang, wadhuk, dan lain sebagainya.
7.      Melibatkan diri dalam patroli keamanan sekolah, palang merah remaja, kepramukaan, dan lain-lain sebagai bentuk perhatian sekolah terhadap masyarakat.
8.      Mengadakan work study plan (belajar sambil bekerja) yang biasa dilakukan oleh sekolah-sekolah kejuruan. Kegiatan ini guna melatih peserta didik bekerja yang kenyataannya berguna menciptakan hubungan baik antar sekolah dengan masyarakat
Guna mencapai tujuan pendidikan, sekolah dapat memanfaatkan keberadaan berbagai badan yang dapat membantu upaya pendidikan seperti puskesmas, BLKI, puspenmas, dan lain-lain. Badan-badan tersebut juga mendekatkan peserta didik ke dalam kehidupan riil masyarakat yang akan diterjuni.
5.  Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
Sekolah memiliki pengaruh yang besar terhadap kemajuan masyarakatnya. Sebagaimana kita tahu bahwa di dalam masyarakat ada berbagai organisasi seperti LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), KUD (Koperasi Unit Desa), PKK, Karang Taruna, pengajian dan sebagainya. Sedangkan warga sekolah sendiri meliputi guru, siswa, tenaga administrasi, petugas sekolah, pelayan/penjaga sekolah, warung sekolah, dan lain-lain. Agar fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat dapat tercapai maka banyak warga sekolah yang terlibat aktif dalam organisasi-organisasi masyarakat.
Berkembangnya masyarakat dapat dilihat dari segi kuantitas dan kualitas keluaran atau produk sekolah tersebut. Makin banyak sebaran produk sekolah di tengah-tengah masyarakat dan makin meningkat kualitasnya maka produk sekolah tersebut telah membawa pengaruh positif terhadap perkembangan masyarakat.
Menurut Sanapiah Faisal (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001: 35-36) ada 4 pengaruh peran sekolah terhadap masyarakat, yaitu:
1.    Mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.    Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat.
3.    Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi  kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
4.    Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.
Keempat pengaruh peran sekolah terhadap masyarakat di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Mencerdaskan kehidupan bangsa
Sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat tujuan pendidikan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diselenggarakan dengan tiga kategori pendidikan. Pendidikan formal, informal, dan non formal. Sekolah sebagai pendidikan formal tentu memiliki kelebihan tersendiri daripada pendidikan yang lain. Metode pembelajaran di sekolah lebih meluas dan berdasarkan ilmu pengetahuan.
Peran pendidik dalam dunia pendidikan sangat mempengaruhi masyarakat. Tingkat kecerdasan anak didik (out product) akan sangat menentukan dalam menghadapi tantangan atau memecahkan masalah (problem solving), baik problem pribadi maupun masyarakat. Masyarakat yang tingkat kecerdasannya tinggi akan lebih mudah memecahkan problema hidup masyarakat karena mereka memiliki khasanah pengetahuan yang lebih luas dan daya nalar yang tinggi.
2.    Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
Pendidikan di sekolah diharapkan dapat melakukan perubahan (transisi) dari masyarakat yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Penemuan -penemuan baru baik pengetahuan maupun teknologi dapat memicu adanya inovasi bagi perkembangan masyarakat luas. Penemuan tidak hanya dapat terjadi di sekolah, namun juga di masyarakat. Dengan adanya hubungan sekolah dan masyarakat maka perubahan-perubahan dapat dilakukan. Kualitas masyarakat dapat terbentuk salah satunya dari upaya sekolah melakukan pendekatan terhadap masyarakatnya, atau sebaliknya upaya masyarakat mendekati sekolah.
3.    Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
Untuk terjun ke lapangan pekerjaan diperlukan bekal yang matang pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sekolah Kejuruan lebih tegas batas spesialisasinya dalam membekali peserta didik karena menekankan pada skill (keterampilan) daripada Sekolah Menengah Atas (SMA). Misal, STM pada keterampilan teknik, SMEA pada keterampilan di bidang ekonomi-administrasi, SMKK pada kerumahtanggaan.
Dengan adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih memudahkan pemerintah dalam menempatkan warganya untuk bekerja. Siswa yang disalurkan ke lapangan pun bukan siswa yang tidak teruji kemampuannya. Melalui seleksi yang matang dan terbukti tingkat kecekatan, keterampilan, dan kecerdasannya maka siswa siap terjun ke lapangan. Penempatan sosial melalui orientasi individu pada kelompok-kelompok lain yang secara sosial telah mapan (Soeleman, 1998: 58).
4.    Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat
Sikap positif dan konstruktif sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Sekolah telah membekali peserta didiknya sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi lewat pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, maupun bidang studi lainnya.
Berdasarkan uraian di atas adanya hubungan sekolah dengan masyarakat sangat berpengaruh terhadap warganya guna membentuk masyarakat cerdas, berkualitas, melahirkan sikap positif dan konstrukif, serta berpemikiran ke depan.

6.      Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah
Masyarakat selalu tumbuh dan berkembang mengikuti arus modernisasi. Ia memiliki identitas dan karakteristik tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan karakter masyarakat sangat  berpengaruh terhadap pendidikan. Jika lingkungan masyarakat tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial maka akan mempengaruhi peserta  didik.
Pemenuhan fasilitas di sekolah tak lepas pula dari peran masyarakat terhadap sekolah. Dengan adanya sumbangan dana yang diberikan masyarakat dapat membantu proses belajar mengajar di sekolah. Tak hanya itu, fasilitas-fasilitas lain seperti museum, perpustakaan umum, panggung kesenian, music, sanggar seni tari dan drama, kebun binatang sebagai tempat rekreasi, dan lain sebagainya juga turut mempengaruhi berkembangnya pendidikan di sekolah.
Estetika menulis di makalahnya (2013:6), dalam pendidikan sekolah, masyarakat merupakan:
1.    Sumber (suplier) yang menyediakan peserta didik, guru, sarana dan
prasarana penyelenggaraan sekolah.
2.    Konsumen hasil pendidikan sekolah, yang menerima kembali dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan itu.
3.    Peserta dalam proses pendidikan di sekolah, yang terus menerus mengikuti dan turut mempengaruhi proses pendidikan di sekolah.
Jadi, pengaruh masyarakat terhadap sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Sebagai arah dalam menentukan tujuan.
2.      Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar.
3.      Sebagai sumber (suplier) belajar.
4.      Sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya.
5.      Sebagai laboratorium guna pengembangan dan penelitian sekolah.
7.      Pendekatan, Tahap, dan Metode-Teknik yang Digunakan untuk Merealisasikan Peran Sekolah dengan Masyarakat
Teori-teori hubungan masyarakat tidak dapat tercapai jika tidak ada praktek atau realisasi dari unsur-unsur masyarakat dan sekolah. Oleh sebab itu perlu kiranya kita mengetahui pola apa saja yang dapat digunakan untuk merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat. Pola-pola yang penulis sajikan disini meliputi pendekatan yang digunakan sekolah terhadap masyarakat, tahap yang digunakan dalam merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat, dan metode-teknik yang ditempuh agar dapat tercipta hubungan sekolah dengan masyarakat yang harmonis:
1.                   Pendekatan yang digunakan sekolah terhadap masyarakat
Pendidikan itu merupakan proses pembinaan pengetahuan, sikap, dan perbuatan manusia dalam rangka mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap, dan perbuatan itu sesuai dengan tujuan pendidikan (Vembriarto, 1984: 50).
Berdasarkan definisi pendidikan di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi hubungan sekolah dengan masyarakat melalui pengetahuan, sikap, dan perbuatannya. Pengetahuan, sikap, dan perbuatan dapat mempengaruhi seseorang melalui dua pendekatan.
a.                  Pendekatan (approach) mentalistik
Adalah suatu usaha pendekatan sekolah terhadap masyarakat dalam rangka mempengaruhi dan mengubah sikap dan tingkah laku warga  masyarakat dengan cara mempengaruhi secara langsung mental masyarakat yang bersangkutan. Pendekatan ini dilakukan secara langsung yang artinya melakukan komunikasi face to face terhadap masyarakat.
b.                  Pendekatan (approach) kondisional
Adalah suatu usaha pendekatan terhadap masyarakat dalam rangka mempengaruhi dan mengubah sikap dan tingkah lakunya dengan cara mengubah kondisi dan situasi di sekitar masyarakat yang bersangkutan sehingga berpengaruh langsung terhadap penghayatannya. Sikap dan keyakinan masyarakat merupakan  hasil interaksi antara faktor-faktor subjektif (emosi, keinginan, kebutuhan, tuntutan, dan sebagainya) yang terdapat dalam diri masyarakat dengan faktor-faktor obyektif yang terdapat dalam lingkungan. Apabila kondisi lingkungan berubah, maka perubahan itu akan mempengaruhi persepsi, kognisi, dan penghayatan dalam diri masyarakat.
Perbedaan antara kedua pendekatan di atas adalah  jika pendekatan mentalistik, sekolah mempengaruhi keadaan mental masyarakat secara langsung, misal melalui ceramah, penyuluhan, wawancara, wejangan, counseling, dan sebagainya. Sedangkan, pendekatan kondisional, sekolah juga mempengaruhi keadaan mental masyarakat namun tidak secara langsung, melainkan dengan jalan
mengubah situasi lingkungan. Pendekatan kondisional ini kelihatannya memberi kemungkinan-kemungkinan yang jauh lebih besar dan luas dibandingkan dengan pendekatan mentalistik. Misal, mengubah sarana dan prasarana kehidupan (berpartisipasi dalam pembuatan jalan, pengadaan pesawat radio dan televisi, elektrifikasi, pendirian poliklinik, pengadaan perpustakaan umum, dan sebagainya) melalui demonstrasi, pameran, karyawisata, dan sebagainya.
2.                 Tahap yang digunakan dalam merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat
Tahap-tahap dalam proses difusi, ide, gagasan, dan praktek dapat merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat terlaksana melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a.    Awareness, pada tahap ini masyarakat mengetahui dan sadar bahwa ada ide, gagasan, atau praktek yang baru untuk mengembangkan program pendidikan.
b.    Interest, tahap berikutnya masyarakat mulai tertarik, menaruh perhatian terhadap ide, gagasan, atau praktek yang baru itu, masyarakat mulai mencari keterangan tentang kemungkinan kegunaan dan penggunaannya.
c.    Evaluation, pada tahap ini masyarakat mulai menimbang-menimbang dan mengadakan penilaian terhadap keterangan dan bukti-bukti mengenai
ide, gagasan, atau praktek yang baru itu, disesuaikan dengan kondisi yang ada.
d.    Trial, tahap mencoba sesuatu yang baru itu,
e.    Adoption, tahap mengadopsi, mengambil oper, dan mengintegrasikan ide gagasan, atau praktek yang baru itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
3.                 Metode-teknik yang digunakan untuk merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat:
Dalam klasifikasi Yang Hsin-Pao, macam-macam teknik hubungan sekolah dengan masyarakat yang mempunyai relevansi dengan metode-metode adalah sebagai berikut (Vembriarto, 1984:59):

15
a.    Metode hubungan masyarakat yang menggunakan obyektive illustration, dilaksanakan dengan teknik-teknik pameran, pemutaran film, sandiwara, penggunaan poster-poster, dan demonstrasi (baik method demonstration maupun result demonstration).
b.    Metode hubungan masyarakat yang menggunakan oral transmission, dilaksanakan dengan teknik-teknik ceramah, diskusi, konsultasi, farm dan home visits, seminar, siaran radio dan televisi, phonograph records, hubungan telpon, dan sebagainya.
c.    Metode hubungan masyarakat yang menggunakan printed materials, dilaksanakan dengan teknik-teknik penyebaran buletin, publikasi-publikasi, surat edaran, korespondensi, dan sebagainya.
Menurut Suryosubroto (2010: 169) kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor:
1.      Adanya program dan perencanaan yang sistematis
2.      Tersedianya basis dokumentasi yang lengkap
3.      Tersedia tenaga terampil, alat sarana dan dana yang memadai
4.      Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan kehumasan tersebut.

                                                                     
C.    PENUTUP
Kesimpulan                          
Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik antara sekolah dengan masyarakat guna membangun dan mengembangkan proses penyelenggaraan pendidikan. Peran sekolah dalam masyarakat dapat diwujudkan jika ada interaksi antara sekolah dengan masyarakat. Sekolah mampu membangun sosialisasi masyarakat jika interaksi yang diselenggarakan berjalan sesuai dengan konsepnya. Sebaliknya masyarakat berperan dalam dunia pendidikan melalui penyampaian aspirasi, gagasan, ide, dan kritik social terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan adanya interaksi antara sekolah dengan masyarakat dapat menciptakan kerjasama yang erat, selaras,serasi, seimbang, dan menjunjung nilai sosial yang tinggi.


D.    Daftar Pustaka
Ahmadi, H. Abu. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Darmansyah M. ”Pemuda dan Sosialisasi”. Surabaya: Bina Aksara.
Ahmadi, H. Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.
Estetika, Rio. 2013. Makalah Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Soekanto, Soerjono. 1994. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soelaeman, M. Munandar., 1998. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional, pasal 1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 8 dan 9.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 18
Vembriarto.1984. Pendidikan Sosial Jilid Pertama. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan ”Paramita”.