Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Drs. Ma’arif Jamuin, M.Sc
Oleh:
Erni Sari Dwi Devi Lubis (G000130067)
TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
A.
PENGANTAR
Sekolah
sebagai salah satu lembaga social memiliki peran yang penting untuk menciptakan
generasi mendatang yang berpendidikan di dalam masyarakat. Peran sekolah dalam
masyarakat dapat diwujudkan jika ada interaksi antara sekolah dengan
masyarakat. Sekolah mampu membangun sosialisasi masyarakat jika interaksi yang
diselenggarakan berjalan sesuai dengan konsepnya. Sebaliknya masyarakat
berperan dalam dunia pendidikan melalui penyampaian aspirasi, gagasan, ide, dan
kritik social terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu dibutuhkan
pola hubungan sinerkis yang dapat menimbulkan sikap kerja sama antara sekolah
dan masyarakat. Pola hubungan yang sinerkis antara masyarakat dengan sekolah
dapat direalisasikan melalui peran sekolah di dalam masyarakat.
Dalam
merealisasikan peran sekolah terhadap masyarakat terdapat permasalahan yang pantas
dijadikan bahan diskusi. Diantaranya yaitu:
1.
Bagaimana
hubungan timbal balik antara sekolah dengan masyarakat?
2.
Apa
pentingnya menjalin hubungan dengan masyarakat?
3.
Unsur-unsur apa saja yang mempengaruhi
hubungan sekolah dengan masyarakat?
4.
Apa peran sekolah dalam sosialisasi
masyarakat?
5.
Bagaimana
pengaruh sekolah terhadap masyarakat?
6.
Apa pengaruh masyarakat terhadap sekolah?
7.
Pendekatan,
tahap, dan metode-teknik apa saja yang
dapat digunakan untuk merealisasikan peran sekolah dengan masyarakat.
B.
PEMBAHASAN
1.
Hubungan
Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik
antara sekolah dengan masyarakat guna membangun dan mengembangkan proses
penyelenggaraan pendidikan. Hubungan timbal balik tersebut dapat terlaksana
jika ada kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.
Masyarakat dan sekolah saling membutuhkan. Masyarakat membutuhkan agar
para siswa dan para remaja dibina di sekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan
agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar di sekolah dengan memberikan
berbagai macam fasilitas (Suardi, 2012:104).
Fasilitas yang diberikan masyarakat kepada sekolah untuk mengasah
kreativitas, potensi dan bakat peserta didik dapat berupa tempat pendidikan
informal seperti museum, perpustakaan umum, panggung kesenian, music, sanggar
seni tari dan drama, kebun binatang sebagai tempat rekreasi, dan lain
sebagainya.
Di dalam masyarakat banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat. Sekolah ikut berpartisipasi terhadap penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan tersebut merupakan usaha untuk bekerja sama meningkatkan
hubungan erat antara sekolah dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan masyarakat seperti kerja bakti, bakti social, karang taruna, dan
sebagainya. Namun perlu diingat batas-batas kerjasama tersebut sehingga tidak
mengganggu dan merusak tugas pokok peran pelaku kegiatan sebagai penanggung
jawab misi sekolah.
2.
Pentingnya
Menjalin Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat sangat penting dan dibutuhkan.
Dengan adanya interaksi antara sekolah dengan masyarakat dapat menciptakan
kerjasama yang erat, selaras,serasi, seimbang, dan menjunjung nilai sosial yang
tinggi.
Sebagaimana
pengertian masyarakat yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1
nomer 18 masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Sedangkan sekolah
merupakan lembaga formal yang bertanggung jawab terhadap proses pendidikan
untuk mendorong kemajuan peserta didik agar dapat membawa perubahan bagi
masyarakatnya.
Hubungan sekolah dan masyarakat dapat menciptakan suatu perubahan, baik
dari sekolah itu sendiri maupun masyarakatnya. Perubahan-perubahan yang ada
salah satunya dipengaruhi oleh peserta didik. Peserta didik di dalam masyarakat
sebagai pemuda generasi masa depan. Sedangkan di dalam sekolah peserta didik
sebagai produk untuk mencetak generasi yang berkualitas.
Darmansyah
dalam esainya “Pemuda dan Sosialisasi’” menulis “… masalah generasi muda
sebenarnya tidak terpisah dari masalah masyarakat pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena generasi muda atau pemuda pada hakekatnya merupakan bagian
yang berkesinambungan dengan masyarakat. Masyarakat Indonesia yang majemuk,
membawa akibat bahwa generasi muda atau pemuda yang menjadi bagiannya memiliki
pula sifat majemuk. Kemajemukan itu antara lain terdapat pada: perbedaan latar
belakang agama dan kebudayaan, perbedaan masyarakat kota dan desa, perbedaan
strata kehidupan sosial ekonomi, perbedaan tingkat pendidikan serta
keterampilan dan sebagainya.” (Ahmadi, 1986: 100-101).
Begitu pentingnya peserta didik yang akan tumbuh menjadi pemuda
generasi penerus bangsa untuk membentuk masyarakat yang berdaya saing tinggi,
itulah sebabnya begitu eratnya hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
Ahmadi dan Uhbiyati dalam “Ilmu pendidikan” (2001:31)
memberikan point-point penting untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat, antara lain:
1.
Merupakan alat
untuk mengubah citra masyarakat awam terhadap pengertian salah tentang
kebijaksanaaan sekolah dan para petugas sekolah.
2.
Memberikan
informasi tentang program dan kebijakan sekolah.
3.
Menghilangkan
atau mengurangi kritik-kritik tajam terhadap sekolah.
Sekolah
dapat mengubah pandangan masyarakat awam tentang pendidikan. Masyarakat yang
memiliki latar belakang kelas menengah ke bawah atau miskin menganggap
menyekolahkan anak bukan kebutuhan utama. Persepsi anggapan sekolah bukan
merupakan kebutuhan utama disebabkan oleh pandangan mahalnya pendidikan
sekarang ini belum lagi masalah fasilitas-fasilitas anak untuk sekolah seperti
buku, tas, sepatu dan lain sebagainya, sehingga munculnya pendapat “tanpa
sekolah pun anak dapat bekerja, jika sekolah malah membuang-buang uang saja”.
Seseorang bukan merasa
miskin karena kurang makan, pakaian, atau perumahan. Tetapi karena harta
miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Hal ini
terlihat di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta; seseorang dianggap
miskin karena tidak memiliki radio, televisi, atau mobil. Sehingga
lama-kelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan
sosial-ekonomi seseorang, yaitu apakah dia miskin atau kaya (Soekanto, 1994:
407).
Sekolah
yang merupakan suatu kebutuhan primer anak untuk memperoleh ilmu dikhawatirkan
dianggap sesuatu yang tidak penting bagi masyarakat. Terkhusus dari orang tua
anak sendiri. Sehingga, mengakibatkan buruknya kualitas pemuda masa depan di
Indonesia.
Tak
cukup hanya itu, kritik-kritik tajam yang dilontarkan masyarakat terhadap
sekolah juga wajib dihentikan. Tak lepas dari pandangan masyarakat pula yang
memandang dari sebagian karakter negative anak didik. Secara riil hal ini jelas
bertolak belakang dengan visi dan misi adanya lembaga sekolah itu sendiri.
Sebagaimana
telah tercatat di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang system pendidikan nasional pasal 1 bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Pandangan
negative masyarakat terhadap sekolah harus dihentikan karena dapat mematikan
potensi dan bakat anak yang secara nyata akan berdampak pada masa depannya.
Jika anak tidak dibiasakan dengan dunia pendidikan maka akan mempengaruhi
generasi masyarakat yang akan datang.
Di sinilah
pentingnya tokoh-tokoh pendidikan sekolah formal terjun ke dalam masyarakat
guna menyadarkan pentingnya pendidikan terlebih di zaman modernisasi sekarang
ini.
Sekolah juga perlu ikut berpartisipasi memberikan informasi tentang
program dan kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan. Informasi tersebut tak
lepas dari dukungan masyarakat untuk kemajuan dunia pendidikan sekaligus
memberikan nilai tersendiri dipandangan masyarakat bahwa masyarakat ikut
berperan dalam proses kemajuan dunia pendidikan.
Zanti
Arbi, 1998 dalam “Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi” (Suradi,2012:105)
mengatakan bahwa pendidikan itu adalah kunci bagi pemecahan masalah-masalah
social, dengan cara melatih anak-anak secara tepat sehingga mereka tidak
melakukan tindakan-tindakan criminal. Sekolah juga merupakan alat control social. Dalam
masyarakat modern, keluarga dan lembaga keagamaan digantikan oleh sekolah
sebagai lembaga yang paling penting untuk menanamkan nilai-nilai
kemasyarakatan.
Penulis berpendapat bahwa manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah
untuk meningkatkan peran warga masyarakat, baik yang berkaitan dengan kewajiban
maupun hak masyarakat. Misalnya, individu dalam masyarakat dapat mengembangkan
bakat dan minatnya, sehingga pemahaman,
keterampilan, sikap, dan karakternya akan mengalami perubahan yang positif. Hal
ini mengakibatkan perasaan mantap masyarakat sebagai warga Negara dengan adanya
sekolah.
Sebaliknya manfaat
masyarakat terhadap pendidikan sekolah adalah membantu fasilitas-fasilitas
untuk belajar dan berkreasi bagi anak didiknya. Misal, tersedianya
tempat-tempat penelitian, pemenuhan sarana dan prasarana, pemenuhan sumber dana
dan daya manusia yang terungkap dalam cipta, rasa, karsa, dan karyanya. Oleh
sebab itu, dengan adanya hubungan sekolah dan masyarakat dapat menjamin
terlaksananya proses penyelenggaraan pendidikan.
3.
Unsur-Unsur
yang Membangun Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Untuk
membangun hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat diperlukan
unsur-unsur sebagai pelaku atau subjek. Diantaranya yaitu:
1.
Personil bidang edukatif (guru) yaitu pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UURI tentang guru dan dosen
pasal 1 ayat 1).
2.
Personil bidang non-edukatif (tata usaha, laboran, pustakawan, dsb).
3.
Anggota masyarakat.
4.
Peran Sekolah
dalam Sosialisasi dengan Masyarakat
Dalam sosialisasinya dengan masyarakat, sekolah dapat berperan
aktif guna membangun hubungan yang positive. Begitu pula masyarakat sebagaimana
yang tertuang dalam Undang-undang sistem pendidikan
nasional tentang hak dan kewajiban masyarakat pasal 8 dan 9, bahwa masyarakat
berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Sekolah merupakan salah satu lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada
dasarnya mempunyai beberapa fungsi. Sebagaimana
yang dituangkan Soekanto (1994:219):
1.
Memberikan
pedoman para anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau
bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang
menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
2.
Menjaga
keutuhan masyarakat.
3.
Memberikan
pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial
control).
Ikut berperannya sekolah dalam masyarakat dapat membangun
hubungan sinerkis para anggota masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki sikap
yang sesuai dengan lingkungannya, dapat menjaga keutuhan sesama anggota dan
memiliki pegangan
hidup untuk
mengadakan sistem pengendalian sosial. Sistem pengendalian sosial tersebut
digunakan untuk mengawasi masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.
Adapun bentuk partisipasi
atau peran sekolah terhadap masyarakat menurut Ahmadi
dan Nur Uhbiyati (2001:31) antara
lain:
1.
Mengadakan
penyuluhan dan ceramah kepada masyarakat misal tentang agama, bahaya narkotika,
pendidikan pemuda, dan pengenalan tentang pelaksanaan pendidikan di sekolah.
2.
Mengadakan
bakti sosial misalnya kerja bakti, pengairan, kebersihan, pemberantasan tiga
buta, dan lain-lain.
3.
Menjadi
anggota pengurus organisasi lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, maupun
organisasi sosial lainnya.
Selain bentuk partisipasi di atas sekolah
memiliki tugas atau peran sebagai berikut:
1. Memelihara kebudayaan masyarakat dan mewariskan
kebudayaan tersebut kepada generasi penerusnya.
2. Menumbuhkan kreativitas masyarakat agar dapat
ikut memperkaya warisan budaya.
3. Menggunakan media masa seperti surat kabar dan
majalah, radio, buletin untuk menyampaikan berita, informasi, dan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.
4. Mengadakan pertemuan dan diskusi para pendidik
dengan pemimpin-pemimpin masyarakat.
5. Mengadakan seminar umum, pameran sekolah,
bazar buku, pakaian, dan makanan untuk mengenalkan kegiatan-kegiatan di sekolah
dan menunjukkan kreativitas peserta didik kepada masyarakat.
6. Mengadakan kunjungan darmawisata ke
tempat-tempat yang di fasilitasi masyarakat seperti museum, perpustakaan umum,
panggung kesenian, sanggar seni tari dan drama, keraton, kebun binatang,
wadhuk, dan lain sebagainya.
7. Melibatkan diri dalam patroli keamanan
sekolah, palang merah remaja, kepramukaan, dan lain-lain sebagai bentuk
perhatian sekolah terhadap masyarakat.
8. Mengadakan work study plan (belajar
sambil bekerja) yang biasa dilakukan oleh sekolah-sekolah kejuruan. Kegiatan
ini guna melatih peserta didik bekerja yang kenyataannya berguna menciptakan
hubungan baik antar sekolah dengan masyarakat
Guna mencapai tujuan pendidikan, sekolah dapat
memanfaatkan keberadaan berbagai badan yang dapat membantu upaya pendidikan
seperti puskesmas, BLKI, puspenmas, dan lain-lain. Badan-badan tersebut juga
mendekatkan peserta didik ke dalam kehidupan riil masyarakat yang akan diterjuni.
5. Pengaruh
Sekolah Terhadap Masyarakat
Sekolah memiliki pengaruh yang besar terhadap
kemajuan masyarakatnya. Sebagaimana kita tahu bahwa di dalam masyarakat ada
berbagai organisasi seperti LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), KUD
(Koperasi Unit Desa), PKK, Karang Taruna, pengajian dan sebagainya. Sedangkan
warga sekolah sendiri meliputi guru, siswa, tenaga administrasi, petugas
sekolah, pelayan/penjaga sekolah, warung sekolah, dan lain-lain. Agar fungsi
sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat dapat tercapai maka banyak
warga sekolah yang terlibat aktif dalam organisasi-organisasi masyarakat.
Berkembangnya masyarakat dapat dilihat dari
segi kuantitas dan kualitas keluaran atau produk sekolah tersebut. Makin banyak
sebaran produk sekolah di tengah-tengah masyarakat dan makin meningkat kualitasnya
maka produk sekolah tersebut telah membawa pengaruh positif terhadap
perkembangan masyarakat.
Menurut Sanapiah Faisal (Ahmadi dan
Uhbiyati, 2001: 35-36) ada 4 pengaruh peran sekolah terhadap masyarakat, yaitu:
1.
Mencerdaskan
kehidupan bangsa.
2.
Membawa
virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat.
3.
Melahirkan
warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
4.
Melahirkan
sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta
integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.
Keempat pengaruh peran sekolah terhadap masyarakat di
atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat tujuan pendidikan yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan diselenggarakan dengan tiga kategori pendidikan.
Pendidikan formal, informal, dan non formal. Sekolah sebagai pendidikan formal
tentu memiliki kelebihan tersendiri daripada pendidikan yang lain. Metode
pembelajaran di sekolah lebih meluas dan berdasarkan ilmu pengetahuan.
Peran pendidik dalam dunia pendidikan sangat
mempengaruhi masyarakat. Tingkat kecerdasan anak didik (out product)
akan sangat menentukan dalam menghadapi tantangan atau memecahkan masalah (problem
solving), baik problem pribadi maupun masyarakat. Masyarakat yang tingkat
kecerdasannya tinggi akan lebih mudah memecahkan problema hidup masyarakat
karena mereka memiliki khasanah pengetahuan yang lebih luas dan daya nalar yang
tinggi.
2. Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan
masyarakat
Pendidikan di sekolah diharapkan dapat
melakukan perubahan (transisi) dari masyarakat yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu. Penemuan -penemuan baru baik pengetahuan maupun teknologi dapat
memicu adanya inovasi bagi perkembangan masyarakat luas. Penemuan tidak hanya
dapat terjadi di sekolah, namun juga di masyarakat. Dengan adanya hubungan sekolah
dan masyarakat maka perubahan-perubahan dapat dilakukan. Kualitas masyarakat
dapat terbentuk salah satunya dari upaya sekolah melakukan pendekatan terhadap
masyarakatnya, atau sebaliknya upaya masyarakat mendekati sekolah.
3. Melahirkan warga masyarakat yang siap dan
terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
Untuk terjun ke lapangan pekerjaan diperlukan bekal yang
matang pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sekolah Kejuruan lebih tegas batas
spesialisasinya dalam membekali peserta didik karena menekankan pada skill (keterampilan) daripada Sekolah Menengah Atas (SMA).
Misal, STM pada keterampilan teknik, SMEA pada keterampilan di bidang
ekonomi-administrasi, SMKK pada kerumahtanggaan.
Dengan adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih
memudahkan pemerintah dalam menempatkan warganya untuk bekerja. Siswa yang
disalurkan ke lapangan pun bukan siswa yang tidak teruji kemampuannya. Melalui
seleksi yang matang dan terbukti tingkat kecekatan, keterampilan, dan
kecerdasannya maka siswa siap terjun ke lapangan. Penempatan sosial melalui orientasi individu pada
kelompok-kelompok lain yang secara sosial telah mapan (Soeleman, 1998: 58).
4. Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi
warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di
tengah-tengah masyarakat
Sikap positif dan konstruktif sangat berpengaruh terhadap
masyarakat. Sekolah telah membekali peserta didiknya sejak pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi lewat pendidikan agama, pendidikan moral pancasila,
maupun bidang studi lainnya.
Berdasarkan uraian di atas adanya hubungan sekolah dengan
masyarakat sangat berpengaruh terhadap warganya guna membentuk masyarakat
cerdas, berkualitas, melahirkan sikap positif dan konstrukif, serta
berpemikiran ke depan.
6. Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah
Masyarakat selalu tumbuh dan berkembang mengikuti arus
modernisasi. Ia memiliki identitas dan karakteristik tersendiri sesuai dengan
sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan karakter
masyarakat sangat berpengaruh terhadap
pendidikan. Jika lingkungan masyarakat tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial
maka akan mempengaruhi peserta didik.
Pemenuhan fasilitas di sekolah tak lepas pula dari peran
masyarakat terhadap sekolah. Dengan adanya sumbangan dana yang diberikan
masyarakat dapat membantu proses belajar mengajar di sekolah. Tak
hanya itu, fasilitas-fasilitas lain seperti museum, perpustakaan umum, panggung
kesenian, music, sanggar seni tari dan drama, kebun binatang sebagai tempat
rekreasi, dan lain sebagainya juga turut mempengaruhi berkembangnya pendidikan
di sekolah.
Estetika menulis di makalahnya (2013:6), dalam pendidikan
sekolah, masyarakat merupakan:
1. Sumber (suplier) yang menyediakan peserta
didik, guru, sarana dan
prasarana penyelenggaraan sekolah.
2. Konsumen hasil pendidikan sekolah, yang
menerima kembali dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan itu.
3. Peserta dalam proses pendidikan di sekolah,
yang terus menerus mengikuti dan turut mempengaruhi proses pendidikan di
sekolah.
Jadi, pengaruh masyarakat terhadap sekolah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sebagai arah dalam menentukan tujuan.
2. Sebagai masukan dalam menentukan proses
belajar mengajar.
3. Sebagai sumber (suplier) belajar.
4. Sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya.
5. Sebagai laboratorium guna pengembangan dan
penelitian sekolah.
7. Pendekatan, Tahap, dan Metode-Teknik yang
Digunakan untuk Merealisasikan Peran Sekolah dengan Masyarakat
Teori-teori hubungan masyarakat tidak dapat tercapai jika
tidak ada praktek atau realisasi dari unsur-unsur masyarakat dan sekolah. Oleh
sebab itu perlu kiranya kita mengetahui pola apa saja yang dapat digunakan
untuk merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat. Pola-pola yang penulis
sajikan disini meliputi pendekatan yang digunakan sekolah terhadap masyarakat,
tahap yang digunakan dalam merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat,
dan metode-teknik yang ditempuh agar dapat tercipta hubungan sekolah dengan
masyarakat yang harmonis:
1.
Pendekatan yang digunakan sekolah terhadap masyarakat
Pendidikan itu merupakan proses pembinaan pengetahuan,
sikap, dan perbuatan manusia dalam rangka mempengaruhi dan mengubah pengetahuan,
sikap, dan perbuatan itu sesuai dengan tujuan pendidikan (Vembriarto, 1984:
50).
Berdasarkan definisi pendidikan di atas maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi hubungan
sekolah dengan masyarakat melalui pengetahuan, sikap, dan perbuatannya. Pengetahuan,
sikap, dan perbuatan dapat mempengaruhi seseorang melalui dua pendekatan.
a.
Pendekatan (approach) mentalistik
Adalah suatu usaha pendekatan sekolah terhadap masyarakat
dalam rangka mempengaruhi dan mengubah sikap dan tingkah laku warga masyarakat dengan cara mempengaruhi secara
langsung mental masyarakat yang bersangkutan. Pendekatan ini dilakukan secara
langsung yang artinya melakukan komunikasi face to face terhadap
masyarakat.
b.
Pendekatan (approach) kondisional
Adalah suatu usaha pendekatan terhadap masyarakat dalam
rangka mempengaruhi dan mengubah sikap dan tingkah lakunya dengan cara mengubah
kondisi dan situasi di sekitar masyarakat yang bersangkutan sehingga
berpengaruh langsung terhadap penghayatannya. Sikap dan keyakinan masyarakat
merupakan hasil interaksi antara
faktor-faktor subjektif (emosi, keinginan, kebutuhan, tuntutan, dan sebagainya)
yang terdapat dalam diri masyarakat dengan faktor-faktor obyektif yang terdapat
dalam lingkungan. Apabila kondisi lingkungan berubah, maka perubahan itu akan
mempengaruhi persepsi, kognisi, dan penghayatan dalam diri masyarakat.
Perbedaan antara kedua pendekatan di atas adalah jika pendekatan mentalistik, sekolah
mempengaruhi keadaan mental masyarakat secara langsung, misal melalui ceramah,
penyuluhan, wawancara, wejangan, counseling, dan sebagainya. Sedangkan,
pendekatan kondisional, sekolah juga mempengaruhi keadaan mental masyarakat
namun tidak secara langsung, melainkan dengan jalan
mengubah situasi lingkungan. Pendekatan kondisional ini
kelihatannya memberi kemungkinan-kemungkinan yang jauh lebih besar dan luas
dibandingkan dengan pendekatan mentalistik. Misal, mengubah sarana dan
prasarana kehidupan (berpartisipasi dalam pembuatan jalan, pengadaan pesawat
radio dan televisi, elektrifikasi, pendirian poliklinik, pengadaan perpustakaan
umum, dan sebagainya) melalui demonstrasi, pameran, karyawisata, dan sebagainya.
2.
Tahap yang digunakan dalam merealisasikan hubungan
sekolah dengan masyarakat
Tahap-tahap dalam proses difusi, ide, gagasan, dan
praktek dapat merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat. Hubungan
sekolah dengan masyarakat dapat terlaksana melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Awareness, pada tahap ini masyarakat mengetahui dan
sadar bahwa ada ide, gagasan, atau praktek yang baru untuk mengembangkan
program pendidikan.
b. Interest, tahap berikutnya masyarakat mulai tertarik,
menaruh perhatian terhadap ide, gagasan, atau praktek yang baru itu, masyarakat
mulai mencari keterangan tentang kemungkinan kegunaan dan penggunaannya.
c. Evaluation, pada tahap ini masyarakat mulai menimbang-menimbang
dan mengadakan penilaian terhadap keterangan dan bukti-bukti mengenai
ide, gagasan, atau praktek yang baru itu,
disesuaikan dengan kondisi yang ada.
d. Trial, tahap mencoba sesuatu yang baru itu,
e. Adoption, tahap mengadopsi, mengambil oper, dan
mengintegrasikan ide gagasan, atau praktek yang baru itu ke dalam kehidupan
sehari-hari.
3.
Metode-teknik
yang digunakan untuk merealisasikan hubungan sekolah dengan masyarakat:
Dalam
klasifikasi Yang Hsin-Pao, macam-macam teknik hubungan sekolah dengan
masyarakat yang mempunyai relevansi dengan metode-metode adalah sebagai berikut
(Vembriarto, 1984:59):
15
a. Metode hubungan masyarakat yang menggunakan obyektive
illustration, dilaksanakan dengan teknik-teknik pameran, pemutaran film,
sandiwara, penggunaan poster-poster, dan demonstrasi (baik method
demonstration maupun result demonstration).
b. Metode hubungan masyarakat yang menggunakan oral
transmission, dilaksanakan dengan teknik-teknik ceramah, diskusi,
konsultasi, farm dan home visits, seminar, siaran radio dan
televisi, phonograph records, hubungan telpon, dan sebagainya.
c. Metode hubungan masyarakat yang menggunakan printed
materials, dilaksanakan dengan teknik-teknik penyebaran buletin,
publikasi-publikasi, surat edaran, korespondensi, dan sebagainya.
Menurut Suryosubroto (2010: 169) kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh
beberapa faktor:
1. Adanya program dan perencanaan yang sistematis
2. Tersedianya basis dokumentasi yang lengkap
3. Tersedia tenaga terampil, alat sarana dan dana
yang memadai
4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan
untuk meningkatkan kegiatan kehumasan tersebut.
C. PENUTUP
Kesimpulan
Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan
hubungan timbal balik antara sekolah dengan masyarakat guna membangun dan
mengembangkan proses penyelenggaraan pendidikan. Peran sekolah dalam masyarakat dapat diwujudkan jika ada
interaksi antara sekolah dengan masyarakat. Sekolah mampu membangun
sosialisasi masyarakat jika interaksi yang diselenggarakan berjalan sesuai
dengan konsepnya. Sebaliknya masyarakat berperan dalam dunia pendidikan melalui
penyampaian aspirasi, gagasan, ide, dan kritik social terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Dengan adanya
interaksi antara sekolah dengan masyarakat dapat menciptakan kerjasama yang
erat, selaras,serasi, seimbang, dan menjunjung nilai sosial yang tinggi.
D.
Daftar Pustaka
Ahmadi, H. Abu. 1986. Ilmu Sosial Dasar.
Darmansyah M. ”Pemuda dan Sosialisasi”. Surabaya: Bina Aksara.
Ahmadi, H. Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.
Estetika, Rio. 2013. Makalah Pengelolaan
Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Soekanto, Soerjono. 1994. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soelaeman, M. Munandar., 1998. Ilmu Sosial
Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang System
Pendidikan Nasional, pasal 1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 8 dan 9.
Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 18
Vembriarto.1984. Pendidikan Sosial Jilid
Pertama. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan ”Paramita”.