Minggu, 24 November 2013

perasaan yang terbawa angin

 
pancaran senja di pagi buta masih menjadi kenangan termanis, tatkala sajak cinta terlantunkan. namun ketika pertemuan tak terduga itu datang, hanya senyum cupu yang ku perlihatkan. begitupun tatapan itu. tak ada yang indah, romantis, atau bahkan pantas dikenang. tak ada. semua hanya seperti hembusan angin yang menerbangkan dedaunan dan setelah itu daun tak mengatakan apa-apa. ya, hanya semacam itu. jika berani tentu sapaan manis seperti "pagi". dan begitu pulalah dia. selalu memperlakukan aku teramat sopan. aku memilih jalan berbeda dari dia. dan tak akan ku tanyakan sesuatu yang tidak penting. ini lebih baik daripada aku harus mengikuti dia ke arah sama. dan dia pun sepertinya tak mau tau dengan aku yang memang pura-pura tak memperhatikan dia. sungguh insan yang malang.

selesai mata kuliah pagi ini, dia mengatakan kita kumpul di hall ya, membahas presentasi minggu depan. dan aku hanya mampu mengangguk. inilah pertama kalinya aku satu kelompok dengan dia. dia memimpin acara diskusi kali ini dengan sangat adil. dan aku. ada rasa kikuk tatkala aku harus berhadapan dengan wajah itu. "kamu penyampai materinya ya" katanya padaku. entahlah bagaimana mungkin ini trjadi. berhadapn dengan nya memang selalu ingin ku hindari, karena bagiku dia terlalu dewasa dibanding aku yang bukan siapa-siapa. lagi-lagi dia menjelaskan berbagai banyak hal dan saat dia memandang yang ku lakukan hanya mengalihkan pandangan. jika boleh jujur perasaan ini teramat biasa, tapi entah mengapa tiap bertemu bahkan tanpa bertemu pun selalu bayangan nya terukir dalam singasana otakku. tentu dia biasa saja, dia mudah bergaul dan pandai sekali berbicara.
oke guys, itulah cuplikan novel yang belum sempat terselesaikan. ya, semacam inilah kiranya hati seorang muslimah yang tengah dirundung simpati kepada lawan jenisnya. lalu bagaimana dengan kita yang tentu masih jauh dari kata sholihah. masih teramat biasa dengan lawan jenis, duduk berdua , jalan berdua, lihatlah teramat berbeda sekali dengan muslimah dalam cerita tersebut. teramat malu mengatakan satu kata kepada diri yang tengah ditaksirnya. tapi guys, pembahasan kali ini bukan mau menceritakan ending sinopsis di atas. bukan, tapi kita belajar mengambil hikmah dari cerita tersebut. alangkah indah sekali jika pada ending cerita di atas ternyata pangeran yang dimaksud punya rasa yang sama dan dipertemukanNya dalam mahligai cinta, namun bagaimana jika ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. tentu ini juga bermanfaat. Allah menjaga aib muslimah tersebut. Indah bukan? dan tentu sosok yang lebih baik lah hadiah bagi muslimah tersebut. ya, inilah warna-warni hati muslimah yang insyaalllah mampu menjelaskan bagaimana seharusnya kita dengan perasaan kita. pantaskah jika mengumbar-umbarnya padahal tentu kita masih punya segudang impian yang akan kita kejar. tak perlu and tak layak jika kita sebagai seorang yang beragama islam kesana kesini dengan lawan jenis yang bukan siapa-siapa kita. bagaikan seorang wanita yang sudah beristri lalu selingkuh, bukan? begitu pula dengan kaum adam. karena kita sendiri taukan bahwa di setiap jiwa kita, kita telah memiliki jodoh masing-masing. dan yang kita lakukan hanyalah menati. jika telah merasa mampu, duhai kaum adam, temui orang tua bidadari mu, simple bukan? :)

2 komentar:

  1. assalamu alaikum Wr.Wb hello!! Erni Sari Lubis

    tulisan yang sangat cerah untuk dibaca para muslimah muda khususnya, tulisan ini inspiratif dan memberi dan memotivasi yang berharga bagi semua orang pada umunnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr.wb hello juga, Muhammad Khoirudin
      syukron atas coment akhi, di setiap tulisan yang ada tak ada yang indah dan menginspirasi selain tulisan yg membawa manfaat bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat..

      Hapus