Minggu, 20 Juli 2014

Hanya Allah Yang Tau, Ada Apa Sebenarnya :)




Awal semester 2 itu aku baru benar-benar memperhatikannya. Tepatnya semenjak kejadian itu. Pertemuan tak sengaja. Mungkin dia anggap hal itu biasa, tak ada yang special, tapi tidak bagiku. Aku merasa Allah benar-benar baik kepadaku, mengabulkan doa-doaku. Doa sebelum bertemu dia maupun sesudah bertemu dia. Allah memang Maha Mengabulkan doa. Terbukti selama ini belum pernah aku kecewa berdoa kepadaNya.
Karena Dia juga telah berjanji dalam QS Al Baqarah: 186 “dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh kebenaran.”
 Rasulullah SAW pun juga telah bersabda, “Allah SWT itu santun dan pemurah. Dia merasa malu pada hambaNya, jika hambaNya mengangkat kedua tangannya, memohon padaNya. Kemudian membiarkan kedua tangan hamba itu kosong (tidak dikabulkan).” Bahkan dalam hadist qudsi pula Allah berfirman, “Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalau kesulitannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena dosa-dosanya yang besar, lalu Aku putuskan harapannya? Siapakah pula yang pernah mengetuk pintuKu lalu tidak Aku bukakan?”
Sungguh bukankah benar Allah santun dan pemurah sehingga ia akan malu jika ada seorang hamba yang berdo’a kepadaNya selama doa itu menuju kebaikan, tapi tidak Dia kabulkan? Rasulullah SAW bersabda, “Setiap orang yang berdo’a, niscaya akan dikabulkan. Mungkin segera dikabulkan di dunia, bisa juga dikabulkan di akhirat kelak. Bisa juga, karena berdoa, dosa-dosa orang itu akan diampuni, yaitu sesuai dengan kadar doanya, selama dia tidak berdo’a memohon perbuatan dosa atau tidak dalam keadaan memutuskan hubungan silaturahim, atau tidak dalam keadaan terburu-buru (minta cepat dikabulkan) sehingga berucap, ‘saya telah berdoa, memohon kepada Allah, namun Dia belum juga mengabulkannya’.”
Semenjak tak sengaja bertemu dia di suatu tempat itu aku selalu berdoa tentangnya, ya tentangnya. Tapi entahlah apa itu cobaan dari Allah untuk menguji imanku atau apa? Awal semester 2 benar-benar Allah memberiku kesempatan. Kesempatan untuk mengenal sosoknya, bahkan bukan hanya aku saja yang mengenalnya, tapi aku diberi kesempatan agar dia juga mengenalku. Bahkan tak cukup sampai di situ, Allah mengizinkan aku berbicara berdua dengannya, ya berbicara berdua meski tak ada 5 menit.
Tepat sekali seperti ucapannya Tere Liye. “Di dunia ini, banyak orang mencintai seseorang yang bahkan bicara dengannya langsung lebih dari 5 menit saja pun belum pernah. Itulah kenapa urusan perasaan itu disebut ‘gila’. Mungkin itu termasuk kalian bukan? Diam-diam memendam perasaan. Tapi tidak mengapa. Bersabarlah. Menunggu. Besok lusa, jika tiba waktunya, benar caranya, dan berjodoh, kalian bisa menghabiskan 50 tahun bersamanya.”
Hem, urusan perasaan itu memang rumit. Semenjak pertama kalinya aku berbicara dengannya, aku terus mengingat suaranya. Ya mengingat suaranya. Hingga akhirnya aku ingat bukankah dia sering ada di masjid, itu artinya dia ta’mir masjid. Dan lagi-lagi aku selalu menunggu. Menunggu adzan masjid dekat kostku. Ketika waktu mendekati adzan, aku berlari ke lantai 2 untuk mencocokkan. Ya sekedar mencocokkan dengan suara ikhwan yang pernah ku dengar. Tidak sulit mengingat suaranya, begitu pula tidak sulit mencocokkan suara ikhwan tersebut. Setelah aku meyakinkan diriku benar itu suaranya, aku turun ke lantai 1, balik ke kamar? Tidak,, sungguh tidak. Tapi berjalan menuju masjid, mengintip dari jalan kecil samping masjid. Ya ternyata benar itu ikhwannya. Astaugfirullah, apa aku gila? Tapi tak apa toh emang tepat. Dan semenjak kejadian itu, aku menunggu adzannya. Bahkan aku menghafal gaya suara adzannya sampai meskipun aku tidur di lantai 1 yang rame karena dekat tv, aku masih bisa mendengar sayup-sayup suara adzannya.
Singkat cerita aku jadi sering ganggu dia. Aku sms dia sekedar menanyakan hal-hal yang sebenarnya udah aku ketahui jawabannya. Pura-pura berlaku blo’on di hadapannya hanya agar bisa bertemu dengannya. Memalukan? Tapi lagi-lagi tak apa toh bisa menghibur diriku yang benar-benar kesepian. Bagaimana gak kesepian, aku gak kenal teman satu kost ku, hanya tau namanya. Karena aku benar-benar gak peduli. Sedang teman-teman dekatku gak ada yang satu kost denganku. Tapi entah bagaimana mungkin aku bisa peduli dengan orang yang baru aku kenal seperti dia? Bahkan aku hafalkan kapan saja saat biasanya aku gak sengaja ketemu dia, agar suatu saat aku bisa pura-pura tak sengaja tapi sebenarnya sengaja untuk bertemu dia.
O… Allah, murkakah Engkau padaku? Bukankah sebelum bertemu dia aku telah berjanji untuk menjaga hati hanya kepada yang halal kelak? Bukankah lagu syuhada “ku jaga hati ini” menjadi prinsip hidupku. Lalu kenapa hanya bertemu dengan ikhwan yang begitu alim, lembut, sederhana, rajin bersih-bersih masjid, baik hati, dan suka menolong hidupku langsung berubah. Aku yang tadinya cuek dengan ikhwan kenapa tiba-tiba malah hobby mikirin dia, menunggu dia, meski dia gak tau kalau aku tunggu. Aku harus khilaf, tapi bagaimana caranya?
Hingga akhirnya inilah saatnya. Entah kenapa dia akhir-akhir ini berbeda. Gak pernah balas smsku. Apa iya karena sifatku yang aneh dia jadi berubah? Entahlah, tapi aku yakin lagi-lagi ini adalah jawaban dari Allah tentang doaku. Aku harus menjaga jarak darinya. Semakin aku dekat dengannya, Allah semakin cemburu. Kenapa Allah mengizinkan aku untuk mengenal sosok itu? Mungkin karena Allah ingin menunjukkan bahwa sosok yang ku harapkan sebenarnya seperti dia, alim, lembut, sederhana, rajin bersih-bersih, baik, suka menolong. Mungkin suatu saat bukan dia yang Allah kirim untuk menemaniku, tapi aku yakin sifatnya tidak jauh beda dari dia, bahkan bisa jadi lebih baik dari dia.
O, Allah terima kasih telah mengizinkanku untuk mengenal sosok itu. Walau sosok itu kini menghilang, tapi suaranya gak menghilang kok. Kini tak perlu lari kemana-mana hanya untuk mendengarkan adzannya, cukup duduk manis di dalam kamar, aku bisa mendengar suara adzannya J. Dan mungkin sosok itu bukan dia, namun bisa jadi dia. Yang penting siapapun sosok itu aku tau itulah sosok terbaik yang akan menemaniku nantinya. Karena pilihanMu untukku selalu yang terbaik. Makasih Allah J.

Aku masih sendiri karena aku menyimpan diriku untuk seseorang khusus yang sesuai bagi pengabdian cintaku J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar