Awal semester 2 itu aku baru benar-benar memperhatikannya. Tepatnya
semenjak kejadian itu. Pertemuan tak sengaja. Mungkin dia anggap hal itu biasa,
tak ada yang special, tapi tidak bagiku. Aku merasa Allah benar-benar baik
kepadaku, mengabulkan doa-doaku. Doa sebelum bertemu dia maupun sesudah bertemu
dia. Allah memang Maha Mengabulkan doa. Terbukti selama ini belum pernah aku
kecewa berdoa kepadaNya.
Karena Dia juga telah berjanji dalam QS
Al Baqarah: 186 “dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku
dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh kebenaran.”
Rasulullah SAW pun juga telah bersabda, “Allah SWT itu santun
dan pemurah. Dia merasa malu pada hambaNya, jika hambaNya mengangkat kedua
tangannya, memohon padaNya. Kemudian membiarkan kedua tangan hamba itu kosong
(tidak dikabulkan).” Bahkan dalam hadist qudsi pula Allah berfirman, “Siapakah
yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalau kesulitannya lalu Aku kecewakan?
Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena dosa-dosanya yang besar, lalu Aku
putuskan harapannya? Siapakah pula yang pernah mengetuk pintuKu lalu tidak Aku
bukakan?”
Sungguh bukankah benar Allah santun dan pemurah sehingga ia akan
malu jika ada seorang hamba yang berdo’a kepadaNya selama doa itu menuju
kebaikan, tapi tidak Dia kabulkan? Rasulullah SAW bersabda, “Setiap orang
yang berdo’a, niscaya akan dikabulkan. Mungkin segera dikabulkan di dunia, bisa
juga dikabulkan di akhirat kelak. Bisa juga, karena berdoa, dosa-dosa orang itu
akan diampuni, yaitu sesuai dengan kadar doanya, selama dia tidak berdo’a
memohon perbuatan dosa atau tidak dalam keadaan memutuskan hubungan silaturahim,
atau tidak dalam keadaan terburu-buru (minta cepat dikabulkan) sehingga
berucap, ‘saya telah berdoa, memohon kepada Allah, namun Dia belum juga
mengabulkannya’.”
Semenjak tak sengaja bertemu dia di suatu tempat itu aku selalu
berdoa tentangnya, ya tentangnya. Tapi entahlah apa itu cobaan dari Allah untuk
menguji imanku atau apa? Awal semester 2 benar-benar Allah memberiku
kesempatan. Kesempatan untuk mengenal sosoknya, bahkan bukan hanya aku saja
yang mengenalnya, tapi aku diberi kesempatan agar dia juga mengenalku. Bahkan tak
cukup sampai di situ, Allah mengizinkan aku berbicara berdua dengannya, ya
berbicara berdua meski tak ada 5 menit.
Tepat sekali seperti ucapannya Tere Liye. “Di dunia ini, banyak
orang mencintai seseorang yang bahkan bicara dengannya langsung lebih dari 5
menit saja pun belum pernah. Itulah kenapa urusan perasaan itu disebut ‘gila’.
Mungkin itu termasuk kalian bukan? Diam-diam memendam perasaan. Tapi tidak
mengapa. Bersabarlah. Menunggu. Besok lusa, jika tiba waktunya, benar caranya,
dan berjodoh, kalian bisa menghabiskan 50 tahun bersamanya.”
Hem, urusan perasaan itu memang rumit. Semenjak pertama kalinya aku
berbicara dengannya, aku terus mengingat suaranya. Ya mengingat suaranya.
Hingga akhirnya aku ingat bukankah dia sering ada di masjid, itu artinya dia
ta’mir masjid. Dan lagi-lagi aku selalu menunggu. Menunggu adzan masjid dekat
kostku. Ketika waktu mendekati adzan, aku berlari ke lantai 2 untuk
mencocokkan. Ya sekedar mencocokkan dengan suara ikhwan yang pernah ku dengar.
Tidak sulit mengingat suaranya, begitu pula tidak sulit mencocokkan suara
ikhwan tersebut. Setelah aku meyakinkan diriku benar itu suaranya, aku turun ke
lantai 1, balik ke kamar? Tidak,, sungguh tidak. Tapi berjalan menuju masjid,
mengintip dari jalan kecil samping masjid. Ya ternyata benar itu ikhwannya.
Astaugfirullah, apa aku gila? Tapi tak apa toh emang tepat. Dan semenjak
kejadian itu, aku menunggu adzannya. Bahkan aku menghafal gaya suara adzannya
sampai meskipun aku tidur di lantai 1 yang rame karena dekat tv, aku masih bisa
mendengar sayup-sayup suara adzannya.
Singkat cerita aku jadi sering ganggu dia. Aku sms dia sekedar
menanyakan hal-hal yang sebenarnya udah aku ketahui jawabannya. Pura-pura
berlaku blo’on di hadapannya hanya agar bisa bertemu dengannya. Memalukan? Tapi
lagi-lagi tak apa toh bisa menghibur diriku yang benar-benar kesepian.
Bagaimana gak kesepian, aku gak kenal teman satu kost ku, hanya tau namanya.
Karena aku benar-benar gak peduli. Sedang teman-teman dekatku gak ada yang satu
kost denganku. Tapi entah bagaimana mungkin aku bisa peduli dengan orang yang
baru aku kenal seperti dia? Bahkan aku hafalkan kapan saja saat biasanya aku
gak sengaja ketemu dia, agar suatu saat aku bisa pura-pura tak sengaja tapi
sebenarnya sengaja untuk bertemu dia.
O… Allah, murkakah Engkau padaku? Bukankah sebelum bertemu dia aku
telah berjanji untuk menjaga hati hanya kepada yang halal kelak? Bukankah lagu
syuhada “ku jaga hati ini” menjadi prinsip hidupku. Lalu kenapa hanya bertemu
dengan ikhwan yang begitu alim, lembut, sederhana, rajin bersih-bersih masjid,
baik hati, dan suka menolong hidupku langsung berubah. Aku yang tadinya cuek
dengan ikhwan kenapa tiba-tiba malah hobby mikirin dia, menunggu dia, meski dia
gak tau kalau aku tunggu. Aku harus khilaf, tapi bagaimana caranya?
Hingga akhirnya inilah saatnya. Entah kenapa dia akhir-akhir ini
berbeda. Gak pernah balas smsku. Apa iya karena sifatku yang aneh dia jadi
berubah? Entahlah, tapi aku yakin lagi-lagi ini adalah jawaban dari Allah
tentang doaku. Aku harus menjaga jarak darinya. Semakin aku dekat dengannya,
Allah semakin cemburu. Kenapa Allah mengizinkan aku untuk mengenal sosok itu?
Mungkin karena Allah ingin menunjukkan bahwa sosok yang ku harapkan sebenarnya
seperti dia, alim, lembut, sederhana, rajin bersih-bersih, baik, suka menolong.
Mungkin suatu saat bukan dia yang Allah kirim untuk menemaniku, tapi aku yakin
sifatnya tidak jauh beda dari dia, bahkan bisa jadi lebih baik dari dia.
O, Allah terima kasih telah mengizinkanku untuk mengenal sosok itu.
Walau sosok itu kini menghilang, tapi suaranya gak menghilang kok. Kini tak
perlu lari kemana-mana hanya untuk mendengarkan adzannya, cukup duduk manis di
dalam kamar, aku bisa mendengar suara adzannya J. Dan mungkin sosok itu bukan dia, namun bisa jadi dia. Yang
penting siapapun sosok itu aku tau itulah sosok terbaik yang akan menemaniku
nantinya. Karena pilihanMu untukku selalu yang terbaik. Makasih Allah J.
“Aku masih sendiri karena aku menyimpan diriku untuk seseorang
khusus yang sesuai bagi pengabdian cintaku J”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar